Diberi nikmat tapi dilaknat Jumat, Februari 24, 2012

Kata Hikmah
Pernahkah melihat orang yang diluaskan rizkinya tetapi dia ahli maksiyat?

Rasulullah saw menegaskan lagi dalam sabdanya :
"Apabila kamu melihat Allah memberi seorang hamba apa yang diingikannya, padalah hamba itu selalu berbuat maksiat, maka sesungguhnya itu adalah istidraj dari Allah untuknya. Lalu Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam membaca surat Al- An'aam ayat 44:

“…Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya…” (HR. Ahmad dan Thabrani, dalam kitab As-Syu'ab).

ISTIDRAJ artinya pemberian nikmat kepada orang-orang yang durhaka kepada Allah, padahal pemberian itu akhirnya akan mengakibatkan kebinasaannya.

Hal ini disebabkan orang tersebut sudah men-Tuhankan sesuatu yang dicintai.

Orang yang men-Tuhankan harta akan diistidraj dengan harta.

Orang yang men-Tuhankan kekuasaan dan jabatan akan diistidraj dengan kekuasaan dan jabatan.

Orang yang men-Tuhankan nafsu akan diistidraj dengan pemenuhan hawa nafsunya.

Hal ini adalah agar semakin banyak nikmat Allah yang diingkarinya maka akan semakin pedih siksanya di dunia dan akhirat.

Alah berfirman dalam QS.Ibrahim ayat 7 :
"La in syakartum laa adziidanakum wa la'in kafartum inna azabi lasyadid"
artinya "Sesungguhnya jika (kamu) bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU) maka sesungguhnya azab-KU akan sangat pedih".

Kesulitan dalam menempuh kehidupan dunia merupakan pelajaran dan nasihat. Mendapatkan kekuasaan dan keleluasaan hidup dan kemewahan bisa terjadi istidraj dan awal sanksi, atau adzab dari Allah, seperti yang dinyatakan oleh dalam firman-Nya:

”Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mentaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS Al Israa’ (17): 16)

Bagi seseorang yang beriman kepada Allah, tidak boleh terperdaya oleh nikmat, kesenangan, dan kemenangan, dan harus tetap sabar dalam menghadapi ujian, musibah, dan malapetaka. Hal ini sebagaimana yang dimaksud dalam hadits Rasulullah saw:

”Suatu keajaiban bagi mukmin bahwasanya, segala sesuatu tetap merupakan kebaikan. Jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur, maka itu baik buat dia, dan jika mendapatkan kesulitan ia bersabar,maka itu baik buat dia” (HR.Muslim dari Shuhaeb).

Wallahu a'lam bishowab

0 comments: