MALAPETAKA DAN BENCANA ALAM Minggu, Agustus 28, 2011

Dunia ini bukanlah tempat yang tenang dan tenteram. Kita semua rentan terhadap berbagai ancaman alam, baik dari luar maupun dari dalam. Meteor dan asteroid misalnya, hanyalah sebagian kecil yang mungkin menjadi ancaman terhadap bumi dari luar angkasa. Adapun bumi yang tampaknya kokoh, bagian dalamnya memiliki inti dari berbagai elemen cair. Tentu tidak berlebihan bila bagian yang tak terlihat mata ini dinamai "inti yang menyala". Memang ada pula atmosfer di sekeliling bumi, yang merupakan "perisai" terhadap ancaman-ancaman eksternal. Namun, tak ada satu pun bagian dari bumi yang kebal terhadap dampak kekuatan atmosfer seperti hujan badai atau angin topan.

Berbagai bencana alam dapat menyerang kapan saja, menyebabkan kehilangan harta dan nyawa. Gempa bumi, halilintar, banjir, kebakaran hutan, hujan asam, dan gelombang pasang, yang umum disebut bencana "alam", memiliki intensitas dan akibat yang berbeda-beda. Kesamaan dari semua bencana tersebut adalah mereka mampu dalam seketika membuat sebuah kota , berikut seluruh penghuninya, tinggal reruntuhan belaka. Yang paling penting, tak ada manusia yang memiliki kekuatan untuk melawan ataupun mencegah bencana alam ini.

Api yang disulut oleh seorang pembakar rumah di tebing kering diatas Pantai Laguna, California, memicu kebakaran kota yang paling buruk di tahun 1993. Api menghanguskan sekitar 14.000 acre (kl. 6500 ha) dan sebanyak 441 rumah. Kompleks perumahan Mystic Hill menderita kerugian terbesar, dengan 286 rumah menjadi abu.1

Kehancuran besar merupakan peninggalan dari malapetaka di semua penjuru planet ini. Sekalipun begitu, suatu bencana selalu berpengaruh hanya pada wilayah tertentu, berkat keseimbangan alam yang rumit yang diciptakan Allah. Ada perlindungan penting di bumi untuk semua makhluk hidup, termasuk manusia. Walau begitu, kemungkinan terjadinya bencana alam yang menghancurkan selalu mengintai. Allah menciptakan bencana-bencana alam itu untuk memperlihatkan pada kita betapa terkadang tempat hidup kita sangat tidak aman. Gejolak alam ini merupakan peringatan kepada seluruh umat manusia bahwa kita tak mampu mengendalikan apa pun di muka bumi ini. Demikian juga, setiap bencana alam dimaksudkan untuk mengingatkan kita pada kelemahan yang sudah melekat pada diri kita. Semua ini tentunya peringatan bagi siapa yang dapat merenungkan arti peristiwa-peristiwa itu dan mengambil pelajaran darinya.

Apa lagi yang harus dipelajari manusia dari bencana alam?

Dunia ini diciptakan khusus bagi manusia. Alasan mengapa manusia diciptakan, telah jelas sekali diterangkan dalam ayat ini:

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya (Singgasana-Nya) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Huud, 11: 7)

"Latar" dari "ujian" ini sungguh luas, dan setiap kejadian merupakan bagian dari latar yang rumit itu. Lebih jauh lagi, tak ada fenomena alam yang terjadi tanpa sebab; semua memiliki penjelasan ilmiah. Misalnya, kekuatan gravitasi bumi membuat kita tak melayang ke angkasa; hujan jatuh saat uap air mencapai tingkat jenuh tertentu.

Hubungan sebab akibat ini juga berlaku bagi kematian, kecelakaan atau penyakit. Banyak hal yang menyebabkan mengapa seorang manusia mati, sakit, atau mengalami kecelakaan. Namun, yang terpenting bukanlah banyaknya penyebab, melainkan "ketahanujian" sistem di mana sebab-akibat ini berlangsung. Satu aspek khusus yang penting dalam sistem ini: setiap peristiwa terjadi dengan cara yang dapat dimengerti manusia. Allah memperingatkan manusia melalui bencana alam. Gempa bumi, misalnya, menyebabkan ribuan wanita dan anak-anak mati, dan lebih banyak lagi yang terluka. Mereka yang tidak memedulikan peringatan Allah cenderung menyebut kejadian seperti ini sebagai fenomena "alam" dan tak mampu memahami bahwa Allah menciptakannya untuk tujuan tertentu. Mari kita berpikir sejenak: apa yang akan terjadi bila yang mati akibat suatu gempa bumi hanyalah mereka yang berdosa pada Allah? Bila demikian, dasar yang tepat untuk "ujian" bagi umat manusia tidak akan tegak. Itulah sebabnya Allah menciptakan masing-masing fenomena dengan latar "alam". Hanya mereka yang sadar akan keberadaan Allah dan memiliki pemahaman mendalam akan ciptaan-Nyalah yang mengerti alasan ilahiah di balik tampilan "alam" ini.

Dalam ayat "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" (QS. Al Anbiyaa', 21: 35), Allah mengatakan bahwa Dia menguji manusia baik melalui kejadian-kejadian yang baik maupun buruk.

Banyaknya orang yang menjadi korban bencana merupakan teka-teki ujian itu. Manusia harus selalu ingat bahwa Allah adalah Hakim Yang Mahatahu dan "diberi keputusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil." (QS. Az-Zumar, 39: 75)

Semua peristiwa yang terjadi pada seseorang dalam hidupnya adalah bagian dari ujian tersebut. Mereka yang benar-benar beriman akan memahami inti dari teka-teki itu. Kapan pun musibah menimpa mereka, mereka berpaling kepada Allah dan bertobat. Mereka adalah hamba Allah dan meyakini janji-Nya:

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqa-rah, 2: 155-157)

Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, orang yang beriman dan orang yang tidak beriman diuji dengan berbagai cara: terkadang dengan bencana alam, atau sesuatu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita, terserang penyakit atau kecelakaan. Musibah seperti itu terjadi pada individu atau sekelompok masyarakat, dan menyebabkan kerugian materi serta penderitaan batin. Bisa saja seorang yang kaya menjadi bangkrut, seorang gadis cantik mengalami luka berat di wajahnya, atau sebuah kota luluh lantak akibat gempa bumi. Hal ini memperlihatkan bagaimana setiap kejadian dapat mengubah hidup kita.

Manusia harus mampu mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian ini. Sesungguhnya, Allah tidak menciptakan apa pun tanpa tujuan; setiap bencana merupakan peringatan bagi umat manusia, dengan maksud untuk menyelamatkan manusia dari pembangkangan mereka. Dalam Al Quran, Allah berfirman bahwa tak ada yang terjadi di muka bumi ini tanpa izin-Nya:

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghaabun, 64: 11)

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali 'Imran, 3: 145)

Pelajaran lain yang harus diambil dari bencana alam adalah bahwa manusia yang menganggap dirinya memiliki kekuatan di atas muka bumi, menyadari bahwa ia sesungguhnya lemah dan benar-benar tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi bencana yang terjadi dengan seketika atas kehendak Allah. Manusia tak dapat menolong dirinya sendiri ataupun orang lain. Tentu saja Allah-lah yang Mahakuasa. Ini dinyatakan dalam ayat berikut:

Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Menguasai atas segala sesuatu. (QS. An'aam, 6: 17)

Dalam bab ini, akan diberikan penjelasan yang menyeluruh mengenai berbagai macam bencana yang mempengaruhi bumi. Tujuannya adalah untuk mengingatkan manusia bahwa dunia ini bukanlah tempat untuk dicintai dengan membuta. Bencana-bencana alam ini menunjukkan betapa kita sangat membutuhkan petunjuk dan pertolongan Allah. Ketergantungan ini merupakan bukti nyata bahwa manusia tak berdaya di hadapan Allah, sebagaimana diungkapkan dalam ayat: "dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah." (QS. Al 'Ankabuut, 29: 22)

Gempa Bumi

Gempa bumi adalah kekuatan alam di bumi yang paling menghancurkan. Jumlah kematian terbesar terjadi saat gempa bumi. Penelitian mengungkapkan bahwa setiap dua menit suatu tempat di permukaan bumi mengalami keretakan. Berdasarkan statistik, bumi bergoncang jutaan kali dalam setahun. Rata-rata, dari jumlah jutaan itu, intensitas 300 ribu gempa tergolong gempa minor; getarannya tak terasa dan tak menyebabkan kerusakan sama sekali. Sedangkan, dua puluh gempa lainnya merupakan gempa yang sangat kuat yang menggoncangkan bumi. Namun, karena kerap kali tidak terjadi di wilayah padat penduduk, gempa bumi jenis ini tidak memakan banyak korban jiwa dan hanya menyebabkan sedikit kerugian ekonomis. Dari gempa-gempa ini, hanya lima yang menghancurkan gedung-gedung menjadi tumpukan puing-puing.

Informasi ini memperlihatkan bahwa manusia tidak sering menghadapi gempa bumi. Jelas, ini merupakan perlindungan khusus dari Allah bagi manusia terhadap bencana alam.

Di zaman kita, hanya sebuah kota atau suatu daerah yang menjadi korban gempa bumi hebat. Namun, dengan kehendak Allah, sebuah gempa bumi yang merusak seluruh bumi ini bisa terjadi kapan saja. Goncangan dahsyat seperti ini mampu mengakhiri kehidupan di muka bumi. Struktur bumi sangat rentan terhadap gempa; gerakan atau retakan yang tiba-tiba terjadi di kerak bumi ataupun lapisan di atasnya akan mengakibatkan malapetaka yang tak terhindarkan lagi.

Gempa bumi tidak memiliki hubungan dengan jenis tanah yang menguatkan efek gelombang seismik yang melintasinya. Gempa bumi tetap mungkin terjadi bahkan saat tak ada kondisi alam penyebab gempa. Atas kehendak Allah, sebuah gempa bumi dapat terjadi kapan saja. Namun, Allah menciptakan dengan khusus ketidak-kokohan dan ketidak-stabilan di beberapa bagian muka bumi. Ini untuk mengingatkan manusia bahwa, kapan pun juga, peristiwa yang tak diharapkan dapat membuat hidup mereka dalam bahaya. Dalam Al Quran, Allah memperingatkan manusia pada bencana yang mungkin terjadi:

Maka apakah orang-orang yang berbuat makar yang jahat itu merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari? (QS. An-Nahl: 45)

Pada titik ini, akan sangat bermanfaat untuk mengingat sebuah gempa bumi dahsyat, yang terjadi di abad ke-20.

Gempa bumi yang menggoncangkan bumi hanya dalam beberapa detik ini dapat terjadi berulang kali selama berjam-jam, bahkan berhari-hari. Ini tentu saja mudah bagi Allah. Bagaimanapun, dengan rahmat-Nya, Allah melindungi manusia dan dengan bencana ini mengingatkan ia selamanya bahwa ia tak memiliki kekuasaan apa pun dalam hidupnya.

Teknologi yang Dikalahkan: Kobe

Tingkat kemajuan ilmu dan teknologi masa kini membuat manusia merasa bahwa mereka dapat menguasai alam. Meski demikian, mereka yang mempercayai pikiran semacam ini mungkin akan segera merasa kecewa. Teknologi adalah alat yang disediakan Allah untuk melayani manusia dan sepenuhnya berada dalam kekuasaan-Nya. Berbagai kejadian menunjukkan bahwa teknologi tercanggih sekalipun tak mampu mengendalikan alam.

Sebagai contoh, meski telah ada "teknologi antigempa" yang dikembangkan para ilmuwan Jepang, Kobe tetap menjadi korban dari kerusakan luas yang disebabkan oleh 20 detik guncangan hebat selama gempa tahun 1995. Struktur antigempa terkuat yang dibangun untuk menahan guncangan hebat ternyata runtuh begitu saja pada gempa berkekuatan 6,9 skala Richter. Selama tiga dasawarsa sebelumnya, pemerintah Jepang telah menanamkan 40 trilyun dolar dalam riset akademis untuk mengembangkan sistem peringatan atas gempa. Namun, segala upaya ini sama sekali tidak membawa hasil yang konklusif. Semakin mendekati pergantian milenium, para ilmuwan masih belum mampu merakit sistem peringatan yang mampu mengurangi dampak destruktif peristiwa seismik yang berbahaya. Kobe merupakan sebuah contoh terkini, di antara banyak lainnya, yang menunjukkan betapa rentan sebuah kota industri modern terhadap pola tak terduga dari serangan gempa.

Kobe, kota industri terpadat kedua di Jepang dan pelabuhan terbesar setelah Tokyo. Pada jam 5:46 pagi pada 17 Januari 1995, serangkaian guncangan hebat selama dua puluh detik menyebabkan kerusakan yang mengerikan. Hanya dua puluh detik, dan hancurlah segala sesuatu yang dimiliki manusia dengan kerja keras sepanjang hidupnya.

Publik diyakinkan bahwa teknologi modern yang dikembangkan untuk memprediksi gempa besar akan menyelamatkan mereka dari kehancuran total. Namun, setelah bencana yang mereduksi Kobe menjadi tumpukan puing, jelaslah bahwa belum ada teknologi untuk memperingatkan masyarakat umum terhadap bahaya ini. Juga jelaslah bahwa apa yang disebut "struktur antigempa" tidak memiliki ketahanan apa-apa terhadap gempa yang episentrumnya berada 15 mil di barat daya pusat kota Kobe.

Wilayah yang terkena dampak gempa bumi termasuk kota-kota padat, Kobe dan Osaka. Karena itulah terjadi kehancuran yang mengerikan, membunuh 5.200 orang dan melukai 300.000 lainnya. Total kerugian diperkirakan 200 miliar dolar 2

Pada bulan Februari 1988, badai topan menyerang Florida, mengakibatkan kehancuran besar. Topan menghancurkan gedung-gedung dan melemparkan mobil-mobil ke bangunan. (di samping dan di bawah) Mobil dan perabotan rumah tangga bertebaran karena topan.

Tentu saja ada pelajaran yang dapat diambil dari bencana seperti ini. Penghuni kota , yang terbiasa hidup senang, tiba-tiba dihadapkan kepada banyak kesulitan setelah bencana tersebut. Dalam keadaan terguncang, mereka tak dapat memperkirakan apa yang akan dilakukan dengan kehidupan mereka, jangankan membuat rencana untuk masa yang akan datang.

Topan, Tornado…

Topan dan tornado adalah bencana alam yang sering dialami manusia. Bencana-bencana ini serta akibatnya merenggut ribuan nyawa setiap tahun. Keduanya adalah angin yang sangat kencang, yang dapat menyebabkan kerusakan besar pada kota-kota, membinasakan dan melukai penghuninya, melemparkan ribuan pohon, pondok, kotak telepon, mobil, dan bahkan bangunan bermil-mil jauhnya.

Topan besar biasanya akan menyebabkan gelombang laut raksasa naik tiba-tiba dari dasar laut. Dalam fenomena ini, badai yang dahsyat mengirimkan gelombang yang melaju dengan kecepatan ratusan mil per jam melintasi lautan menghantam pantai. Dalam kejadian seperti ini, air laut naik ke daratan dan hujan besar menyebabkan banjir hebat di daerah delta.

Sebuah tornado yang cukup besar untuk menyapu rumah-rumah dan mengubah kota menjadi reruntuhan.

Perubahan angin yang umumnya dirasakan begitu angin sepoi-sepoi yang sejuk menjadi badai dahsyat yang mampu memindahkan gedung tak diragukan mendorong kita untuk mencari kekuatan luar biasa yang membuat peristiwa seperti itu terjadi. Pemikiran serupa yang didiskusikan pada bagian gempa bumi juga benar untuk topan dan tornado: jika Allah mau, manusia akan dihadapkan pada berbagai bencana alam seperti itu sesering mungkin. Saat memulihkan diri dari bencana, manusia dapat tertimpa bencana lainnya. Dalam Al Quran, Allah mengingatkan manusia bahwa angin berada di bawah pengendalian-Nya:

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang. Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul-Rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (QS. Al Mulk, 67: 16-18)

Pada Februari 1988, setelah topan melewati Florida, tumpukan kapal motor.

Walau demikian, Allah melindungi manusia dari bahaya. Adakalanya Dia mengirimkan kepada mereka badai yang hebat. Ini sudah tentu untuk memberi peringatan kepada manusia. Maksudnya adalah untuk mengingatkan manusia bahwa tujuan akhir mereka dalam hidup adalah untuk menjadi hamba Allah, bahwa mereka tak berdaya menghadapi kekuatan Allah dan bahwa mereka akan dihisab di Akhirat.

Gunung Berapi

Sebagaimana getaran atau guncangan bumi yang disebabkan oleh gerakan atau retakan secara tiba-tiba dari massa bebatuan yang luas di dalam kerak bumi atau lapisan atasnya, letusan gunung berapi adalah bentuk bencana alam lain yang spektakuler. Terdapat sekitar 1500 gunung berapi aktif di seluruh dunia hari ini; 550 3 di antaranya berada di daratan sementara sisanya berada di bawah lautan. Gunung berapi ini dapat meletus kapan saja dalam bentuk yang sangat destruktif yang tak seorang pun dapat mengantisipasi sebelumnya. Ketika meletus, mereka dapat membinasakan penghuni kota-kota terdekat di samping menghancurkan panen dan menutupi tanah pertanian dengan debu.

Beberapa letusan yang membawa bencana besar yang terjadi abad ini sebagaimana yang terdahulu dalam sejarah membuat kesan yang terhapuskan dalam ingatan manusia. Letusan-letusan ini menyapu banyak kota dari peta dan membinasakan banyak komunitas.

Tentu saja ada pelajaran yang didapatkan dari letusan gunung berapi yang disaksikan dalam sejarah. Gunung Vesuvius di Italia, misalnya, mengubur Pompei, sebuah kota yang penghuninya menjalani kehidupan yang penuh penyelewengan susila, di bawah badai lava panas. Sungguh mengejutkan bagaimana 20.000 warga kota yang makmur ini mengalami sesak napas oleh aliran piroklastis yang menyapunya pada tanggal 24 Agustus 79.

Namun, di jaman kita tidak aktifnya gunung berapi dapat seringkali berakhir dengan tiba-tiba dan mereka dapat meletus pada saat-saat tak terduga dengan menyemburkan uap dan abu ribuan kaki ke angkasa. Sementara itu, aliran piroklastis menyapu wilayah menyebabkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada apa pun yang ditemuinya. Dampak merugikan lainnya dari letusan adalah awan gas dan abu yang berbahaya yang dibawa angin ke wilayah berpenduduk. Angin yang mengerikan ini, terkadang sekitar 90 mil per jam, membakar segala sesuatunya dan menelan kota-kota seperti kanopi penutup cahaya matahari.

Salah satu bencana terburuk dalam sejarah terjadi pada tahun 1883 ketika Krakatau di Hindia Timur meletus dahsyat, menimbulkan gelombang suara yang terdengar hingga 3000 mil jauhnya dan menciptakan gelombang tsunami yang tingginya lebih dari 125 kaki. Gelombang meratakan 165 desa pantai dan membunuh 36.000 orang .4

Menutupi seluruh horison pada bulan Juni 1991, awan gas bercampur abu yang membakar sebuah gelombang piroklastis yang mematikan dimuntahkan dari Gunung Pinatubo dalam salah satu letusan eksplosif terhebat di abad ke-20.
Penduduk sekitar Gunung Pinatubo menggunakan payung untuk berlindung dari hujan abu.5

Gunung berapi dikenang tidak hanya karena korban meninggal yang tinggi tetapi juga karena letusannya yang luar biasa destruktif dan tak dapat diperkirakan. Letusan Nevado Del Ruiz misalnya. Letusannya kecil secara intensitas. Jika dibandingkan, intensitasnya hanya 3% dari letusan Gunung St. Helena. Setelah dorman selama 150 tahun, Nevado Del Ruiz meletus di tahun 1985 dan melelehkan salju dan es di puncaknya. Begitu menghancurkannya lahar, sungai lumpur, yang mengalir dari tebing gunung ke lembah Sungai Lagunille, sehingga sekitar 20.000 penduduk di Armero, Kolumbia binasa, terkubur di dalam lumpur panas saat mereka sedang tidur. Peristiwa ini adalah bencana gunung berapi terburuk semenjak Gunung Pelee menghancurkan kota St. Pierre pada tahun 1902. Gunung Pelee memakan 30.000 korban ketika ia mengirimkan nuee ardente, atau aliran piroklastis, ke kota St. Pierre.6

Allah memperlihatkan bagaimana dengan seketika manusia menemui kematiannya melalui bencana seperti itu dan dengannya memanggil manusia untuk merenungkan tujuan keberadaannya di muka bumi. Peristiwa-peristiwa ini menyampaikan "peringatan". Yang diharapkan dari manusia, yang dapat memahami Penciptanya yang Mahakuasa, adalah untuk tidak terlalaikan dalam urusan kehidupan yang singkat selama 50-60 tahun dan melupakan hidup yang abadi, hari akhirat. Kita hendaknya selalu ingat bahwa kematian akan datang kepada semua manusia suatu hari dan bahwa semua orang akan diadili di hadapan Allah:

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (QS. Ibrahim, 14: 48)

Tsunami

Gelombang laut seismik atau gelombang tidal disebabkan oleh naik atau turunnya lantai laut secara mendadak atau letusan vulkanis. Sebagian tsunami sama destruktifnya dengan bom atom.

Gelombang air raksasa (tsunami) terkadang dapat menelan kota-kota pantai.

BANJIR

Allah sudah pasti menciptakan semua bencana ini sebagai "peringatan" bagi manusia. Dia agung dalam kekuasaan dan menguasai segala sesuatu. Allah mempersaksikan ini dalam ayat: "Dia-lah yang bekuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu," (QS. Al An'aam, 6: 65). Keberadaan begitu banyak ancaman fisik yang serius di seluruh dunia tidak meragukan lagi memperjelas satu realitas penting. Dengan berbagai bencana, hanya dalam hitungan detik, Allah dapat mengambil kembali apa saja yang telah dianugerahkan-Nya kepada manusia. Malapetaka dapat menyerang di mana saja, kapan saja. Ini merupakan sebuah petunjuk jelas bahwa tidak ada tempat di dunia yang dapat menjamin keamanan seseorang. Allah menyatakan ini dalam ayat berikut:

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al A'raaf, 7: 97-99)

Di tahun 1997-1998, "El-Niño" mengamuk di banyak kota. Kerugian total di seluruh dunia ditaksir sekitar 20 miliar dolar. 7 (Atas) Sebuah kota diserang El-Niño Walaupun air sangat penting bagi kehidupan di bumi, banjir yang menghancurkan tetap menjadi ancaman.


Hujan es dengan kecepatan hampir 100 mil per jam menghancurkan jendela-jendela mobil di Tampa, Florida, selama hujan badai di tahun 1992 yang membawa kerugian properti sekitar 25 juta dolar.8 Atap sebuah rumah dirusak oleh batu hujan es.

An arsonist's blaze in the parched canyon above Laguna Beach, California triggered the worst urban wildfire of 1993. The inferno torched some 14,000 acres and 441 houses. The Mystic Hills neighbourhood was worst hit, with 286 homes turned to ashes.10

Air, yang dikaruniakan-Nya kepada manusia, dapat saja suatu waktu menjadi bencana dengan kehendak Allah. Tidak terpahami bahwa manusia menyaksikan satu atau dua banjir setiap tahun dan masih saja mengacuhkan kemungkinan mengalami sendiri bencana seperti itu.

Sebuah Pelajaran dari Sejarah: Titanic

Sejarah penuh dengan kisah orang-orang yang mengandalkan diri pada terobosan teknologi dan sepenuhnya mengabaikan kekuasaan Allah. Justru karena itulah banyak bencana telah terjadi sepanjang sejarah sebagai pelajaran yang pahit bagi siapa saja. Masing-masing dari peristiwa ini penting dalam artian mengingatkan manusia bahwa baik kekayaan ataupun kekuatan, sains maupun teknologi tidak memiliki daya untuk menolak kehendak Allah.

Banyak contoh dari peristiwa seperti ini dapat diberikan. Yang paling diketahui adalah Titanic yang terkenal, sebuah kapal samudra besar dengan tinggi 55 meter dan panjang 275 meter, yang karam hampir 90 tahun yang lalu. Titanic, yang dimaksudkan sebagai "hinaan terhadap alam", adalah projek raksasa yang melibatkan sebuah tim insinyur dan lima ribu pekerja. Hampir semua orang benar-benar yakin bahwa kapal ini tidak akan pernah tenggelam. Kapal samudra merupakan karya besar teknologi dengan banyak kemajuan teknik yang meninggalkan batasan zamannya. Namun mereka yang mengandalkan prowess teknis kapal itu tidak mempertimbangkan satu fakta yang dinyatakan dalam ayat, "Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku," (QS. Al Ahzab, 33: 38) dan bahwa setiap orang cepat atau lambat akan menjumpai takdirnya. Akhirnya, sebuah kekeliruan kecil menyebabkan kapal itu tenggelam dan teknologi maju tidak dapat menyelamatkan Titanic dari akhirnya yang pahit.

Dari apa yang diceritakan mereka yang selamat, kebanyakan penumpangnya berkumpul di dek untuk berdoa ketika mereka menyadari kapal itu akan segera karam. Dalam banyak bagian Al Quran, kecenderungan perilaku manusia ini diulang-ulang. Pada saat-saat kesulitan besar dan bahaya, manusia dengan tulus berdoa dan meminta pertolongan dari Penciptanya. Namun, setelah diselamatkan dari bahaya, mereka segera berpaling tanpa rasa syukur:

Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu. Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih. Maka apakah merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkirba-likkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi kamu; atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin topan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. (QS. Al Isra', 17: 66-69)

Seseorang mungkin tidak pernah mengalami bencana seperti itu, namun dia seharusnya ingat bahwa pada suatu ketika seseorang mungkin mendapati hidup dilucuti hingga ke dasar-dasarnya. Karena itu, manusia seharusnya selalu menyibukkan diri dengan mengingat Allah karena "kekuatan seluruhnya adalah milik Allah." (QS. Al Baqarah, 2: 165) Di lain pihak, begitu malapetaka menyerang, seseorang mungkin tidak mempunyai kesempatan untuk mengubah kelakuannya yang tidak bersyukur kepada Allah dan bertobat kepada-Nya. Kematian dapat datang sangat seketika:

Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan dekatnya kebiasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman selain kepada Al Quran itu? (QS. Al A'raaf, 7: 185)

Berbagai perabotan dan barang yang digunakan di Titanic. Bersama kapal penumpang besar ini, semua perlengkapan ini ikut terkubur di kedalaman samudra. Kini, sangat sedikit orang di dunia yang masih ingat para pemilik barang-barang ini.

Dengan Kasih Sayang Allah

Maka masing-masing Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. Al Ankabuut, 29: 40)

Pembahasan sejauh ini dimaksudkan untuk mengingatkan mereka yang melupakan tujuan penciptaan mereka akan sebuah fakta penting: segala sesuatu di bumi diadakan oleh Allah, Sang Pencipta semesta alam materi. Dengan kata lain, keberadaan segala sesuatu adalah akibat dari kehendak Allah. Karenanya, tidak ada yang memiliki keberadaan terpisah dari Allah. Al Quran mengungkapkan kepada kita bahwa tidak ada yang berada di luar pengendalian Allah: "Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya." (QS. Yusuf, 12: 21)

Namun begitu, sebagaimana Allah menjelaskan dalam bagian kedua ayat tersebut, kebanyakan manusia tidak menyadari hal ini. Mereka beranggapan, selama perjalanan hidup mereka, bahwa tidak ada kemalangan apa pun yang akan menimpa mereka, tidak pernah memikirkan bahwa mereka pun rentan terhadap bencana-bencana yang menghancurkan tersebut. Kita merasa bahwa "orang lain" mengalami peristiwa yang mengerikan itu dan "kita" akan selalu hidup dalam keselamatan. Berita tentang bencana, kecelakaan atau wabah tentu membuat kita bersimpati terhadap mereka yang tertimpa. Kita tentu merasakan kesedihan mereka; namun, begitu bencana menyusut di dalam ingatan, kita menjadi kurang peduli dan perilaku sedemikian terbukti menjadi minat yang berlalu bagi kita. Begitu kita membenamkan diri ke dalam arus kehidupan sehari-hari atau menghadapi berbagai masalah pribadi, kita segera mengembangkan rasa apati dan mengabaikan mereka yang telah mengalami bencana.

Namun demikian, anggapan bahwa setiap hari dalam kehidupan seseorang akan senantiasa sama adalah keliru. Hal ini nyata dari peringatan Allah. Sudah tentu, mereka yang tertimpa bencana tidak mengetahui bahwa bahaya alam akan mencerai-beraikan kehidupan mereka. Mereka tentu saja mengawali hari itu sebagaimana biasa, berpikir bahwa hari itu akan sama dengan sebelumnya. Namun, ternyata sebaliknya yang terjadi. Kemungkinan besar, tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa pada hari khusus itu akan terjadi perubahan drastis dalam kehidupan mereka, yang akan mengubah hidup mereka menjadi perjuangan berbahaya. Pada kesempatan sedemikian, hidup menyusut kepada kebenarannya yang paling sederhana. Tentu saja, beginilah Allah mengingatkan manusia bahwa rasa aman di dunia ini adalah palsu.

Namun, kebanyakan manusia tidak memperhatikan hal ini. Mereka lupa bahwa hidup itu singkat dan sementara, dan mengabaikan bahwa mereka akan diadili di hadapan Allah. Pada keadaan lalai ini, mereka menghabiskan hidup mereka dengan mengejar keinginan sia-sia, bukannya hidup untuk ridha Allah.

Dipandang dari poin ini, kesulitan adalah sebuah bentuk kasih sayang Allah. Allah menunjukkan sifat sebenarnya dari dunia ini dan mendorong manusia bersiap untuk kehidupan selanjutnya. Karena inilah, apa yang disebut sebagai kemalangan sebenarnya merupakan kesempatan yang ditawarkan oleh Allah. Berbagai kemalangan ini ditimpakan kepada manusia sehingga mereka dapat bertobat dan memperbaiki tingkah laku mereka. Pelajaran yang hendaknya diambil dari bencana-bencana tersebut disebutkan dalam sebuah ayat:

Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? (QS. At-Taubah, 9: 126)

DAYA TARIK HARTA BENDA DUNIAWI PART III

Pernikahan

Pernikahan dianggap sebagai titik balik penting di dalam kehidupan seseorang. Setiap pemuda atau pemudi berharap bertemu dengan idamannya. Pasangan yang baik menjadi tujuan utama dalam hidup dan orang-orang muda nyaris "terindoktrinasi" akan pentingnya menemukan pasangan yang baik bagi dirinya. Namun pada dasarnya, hubungan antara pria dan wanita tidak mempunyai landasan yang kokoh di masyarakat jahiliyah yakni masyarakat yang di mana anggotanya tidak menerima jalan hidup yang qurani. "Persahabatan" adalah semata hubungan romantis di mana kedua jenis kelamin mencari kepuasan emosional. Sedangkan, pernikahan biasanya didasarkan pada keuntungan materiil timbal balik. Banyak wanita berupaya mendapatkan "pria yang sukses" karena mengharapkan standar kehidupan yang tinggi. Dengan tujuan semacam itu, seorang gadis muda dapat dengan mudah menerima seorang yang tidak ia cintai sebagai pasangan seumur hidup. Sebaliknya, yang dicari seorang pria pada seorang wanita seringkali adalah "wajah yang cantik".

Namun sudut pandang masyarakat jahiliyah ini mengabaikan sebuah fakta teramat penting: semua nilai kebendaan pada akhirnya pasti tumpas. Allah dapat menarik kembali kekayaan seseorang dengan seketika. Begitu pula, hanya perlu beberapa detik untuk kehilangan wajah yang cantik. Misalnya, jika kita setiap hari pergi dan pulang bekerja di kota besar, kapan saja kita dapat terkena kecelakaan yang mungkin meninggalkan bekas luka yang tetap dan mengerikan di wajah. Sementara itu, waktu menyebabkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki terhadap kesehatan, kekuatan, dan kecantikan kita. Di bawah kondisi yang tidak dapat diramalkan seperti itu, apa konsekuensi dari sistem yang murni berlandaskan nilai-nilai materialistik? Misalnya, bayangkan seorang pria yang menikahi seorang wanita hanya karena dia terkesan akan parasnya yang cantik. Apa yang akan dipikirkannya jika wajah wanita itu rusak parah karena kecelakaan? Akankah ia meninggalkan wanita itu ketika mulai muncul keriput di wajahnya? Jawabannya tidak diragukan akan mengungkapkan dasar pemikiran materialistik yang tidak masuk akal.

Sebuah pernikahan menjadi berharga tatkala dimaksudkan semata untuk mencapai keridhaan Allah. Jika tidak, pernikahan akan menjadi beban baik di dunia ini maupun di alam setelahnya. Jika pun tidak di dunia ini, manusia pada akhirnya akan memahami di hari akhirat, bahwa ini bukanlah jalan yang patut bagi jiwa manusia. Namun, saat itu sudah terlambat; pada hari penghisaban, dia akan menjadikan istrinya, yang dekat dengannya di dunia ini, sebagai tebusan bagi keselamatan dirinya. Kengerian pada hari itu akan membuat semua hubungan di dunia ini kehilangan arti. Allah memberikan penuturan rinci tentang hubungan antara anggota-anggota keluarga pada hari akhirat pada ayat berikut:

Sedang mereka saling memandang. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya. (QS. Al Ma'aarij: 11-13)

Jelaslah dari ayat ini bahwa manusia tidak lagi akan mengikatkan kepentingan apa pun kepada wanita, teman, saudara lelaki atau perempuan, pada hari penghisaban. Dalam upaya mereka yang mati-matian untuk diselamatkan, setiap orang sudi menjadikan keluarga dekat atau kerabatnya sebagai tebusan bagi keselamatan mereka sendiri. Lebih-lebih lagi, orang-orang ini akan kutuk-mengutuk karena mereka tidak pernah saling mengingatkan tentang akhir mengerikan seperti itu. Di dalam Al Quran, diceritakan tentang Abu Lahab yang menerima azab selama-lamanya di dalam neraka bersama istrinya:

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS. Al Lahab, 111: 1-5)

Jenis pernikahan yang diterima Allah adalah yang didasarkan pada kriteria yang sama sekali berbeda. Berlawanan dengan pernikahan yang lazim di masyarakat jahiliyah, di mana orang-orang tidak mengindahkan akan memperoleh keridhaan Allah, kriterianya bukanlah uang, ketenaran, atau kecantikan, namun sebuah pernikahan ditujukan untuk mencapai keridhaan Allah. Bagi orang-orang mukmin, satu-satunya kriteria adalah ketakwaan, yakni 'menjauhi segala yang dilarang, melakukan segala yang disuruh, dan takut kepada Allah. Begitu pula, seorang mukmin hanya dapat menikahi seseorang yang menunjukkan ketaatan yang penuh kepada Allah. Orang-orang mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan di dalam pernikahan ini. Berikut adalah ayat yang bersangkut paut dengan ini:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Ruum, 30: 21)

Dengan ketakwaan sebagai ikatan satu-satunya, orang-orang mukmin pastilah akan memperoleh kehidupan yang menyenangkan di Hari Akhirat. Tatkala mereka saling memperingatkan akan kebajikan dan saling membimbing ke surga sepanjang hidup mereka, mereka juga akan menjadi teman dekat selamanya. Hubungan mereka adalah seperti yang digambarkan berikut ini:

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. At-Taubah, 9: 71)

Anak-Anak

Sebuah ambisi terbesar manusia adalah meninggalkan anak-anak yang akan membawa nama keluarga ke masa mendatang. Namun, jika tidak dimaksudkan untuk mencari ridha Allah, ambisi ini mungkin saja menjadi faktor yang menjauhkan manusia dari jalan Allah. Seorang diuji dengan anak-anaknya; dalam artian, ia diharapkan untuk memperlakukan mereka dengan cara yang dapat meraih ridha Allah.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan, dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. Ath-Thaghabun, 64: 15)

Dalam ayat tersebut, penggunaan kata 'ujian' sangat penting. Bagi banyak orang, mempunyai keturunan adalah salah satu tujuan terpenting dalam hidup. Namun, di dalam logika Qurani, seorang mukmin menginginkan keturunan untuk memperoleh keridhaan Allah semata. Sebaliknya, jika hanya demi memuaskan keinginan seseorang akan keturunan, mempunyai anak hanya akan bermakna menyekutukan Allah. Contoh dari mereka yang melupakan tujuan mereka yang sebenarnya dan menjadikan anak-anak mereka sebagai "tujuan akhir dalam kehidupan" diberikan di dalam Al Quran:

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan. Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur." Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Apakah mereka mempersekutukan berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. (QS. Al A'raaf, 7:189-191)

Orang-orang mukmin memohon keturunan dari Allah hanya untuk keridhaan-Nya. Tatkala memohon keturunan, para nabi di dalam Al Quran hanya bermaksud untuk memperoleh keridhaan Allah. Contohnya adalah istri 'Imran:

Ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat. Karena itu terimalah itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Ali 'Imran, 3: 35)

Doa nabi Ibrahim, juga memberikan teladan kepada semua orang mukmin:

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah, 2: 128)

Di dalam ayat tersebut, diungkapkan bahwa mempunyai anak, jika dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah, adalah suatu ibadah kepada Allah. Namun, jika tujuan sebenarnya adalah selain dari mencari rahmat Allah, maka manusia dapat ditimpa konsekuensi yang menyedihkan baik di dunia ini maupun di akhirat. Orang-orang mukmin memahami anak-anak mereka sebagai pribadi yang dipercayakan Allah kepada mereka. Oleh karena itu, mereka tidak menyombongkan diri atas rupa, sukses, atau kecerdasan anak-anak mereka, karena mengetahui bahwa Allah yang memberikan hal-hal itu kepada mereka. Kesombongan seperti itu adalah perilaku yang sesat.

Pendekatan semacam itu punya konsekuensi yang pedih di hari akhirat. Pada hari penghisaban, seorang manusia akan sudi menjadikan anak, istri, dan anggota keluarganya sebagai tebusan bagi keselamatan abadi. Hasrat seseorang untuk menghindari azab yang mengerikan membuatnya seketika meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Namun, pada hari penghisaban tidak akan ada harapan untuk melepaskan diri dari siksaan abadi dengan cara itu.

Bagi masyarakat jahiliyah, anak-anak menjadi sumber banyak masalah tidak saja di hari akhirat tetapi juga di dunia ini. Sejak saat kelahiran, mendidik anak membawa tanggung jawab yang membebani bagi orang tua. Pengalaman sulit terutama dialami ibu hamil. Pertama, semenjak hari dia menerima berita kehadiran bayi, dia harus mengubah gaya hidup secara total. Dia harus menata ulang prioritas-prioritasnya. Dalam hal ini kebutuhan-kebutuhan bayi di rahimnya harus diutamakan; kebiasaan makannya, cara tidurnya, singkatnya keseluruhan kehidupan pribadinya berubah sama sekali. Menjelang akhir kehamilan, melakukan pekerjaan sehari-hari dan gerakan tubuh yang paling mudah pun nyaris tidak mungkin bagi si ibu. Namun, kesulitan utama dimulai setelah kelahiran. Si ibu menghabiskan harinya mengurus bayi. Si bayi biasanya hanya memberikan sedikit waktu bagi ibunya untuk berbagai kebutuhan dan tugas pribadinya. Karenanya, si ibu menanti-nantikan bayinya cukup besar untuk mengurus diri sendiri. Sementara itu, si ibu tidak menyadari betapa cepatnya tahun-tahun berlalu. Jika tidak dilakukan untuk keridhaan Allah, waktu yang begitu panjang bisa dianggap sebagai suatu ibadah. Namun, bagi anggota masyarakat jahiliyah, tahun-tahun ini tidak lebih dari kesulitan yang tak ada ujungnya.

Para orang tua dalam masyarakat jahiliyah biasanya merasa kecewa ketika membina keluarganya. Karena dibesarkan sebagai anggota dari masyarakat yang jahiliyah, anak-anak akan mengembangkan suatu kepribadian yang egois. Di bawah tuntunan berbagai dorongan dan motif yang egois, dia menunjukkan minat terhadap kebutuhan orang tuanya hanya jika hal itu menguntungkan dirinya. Orang tuanya, sekarang sudah renta dan mengalami masalah-masalah ketuaan, hanya memahami fakta ini di akhir hidupnya. Sebenarnya, di tahun-tahun awal menjadi orang tua, mereka membayangkan bahwa ketika dewasa, anak-anak akan menjadi penopang utama mereka di kala kesulitan yang tak terduga. Akan tetapi sebaliknya dari harapan ini, mereka barangkali menemukan diri mereka di rumah jompo.

Di dalam Al Quran, Allah menempatkan manusia di dalam sebuah bingkai, di mana orang mukmin harus berlaku penuh tanggung jawab terhadap orang tua mereka. Allah mewajibkan menghormati dan mengasihi orang tua, terutama di usia tua:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al Isra', 17: 23-24)


Sebagaimana kita pahami dari ayat tersebut, mendidik seorang anak di bawah naungan nilai qurani adalah sesuatu yang mulia bagi orang-orang mukmin. Sedangkan, jika orang-orang tidak beriman yang memaksakan mentalitas dari masyarakat jahiliyah kepada anak-anak mereka, maka mereka hanya akan mendapatkan kegagalan baik di dunia ini maupun di akhirat. Adapun orang-orang beriman, mereka tetap mendapatkan keridhaan Allah walaupun si anak tidak mengikuti ajaran Qurani yang mereka berikan. Orang tua hanya bertanggung jawab untuk mengajarkan nilai-nilai qurani dan mempercayakan kepada Allah. Manusia tidak memiliki pelindung dan penolong selain Dia.

Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. (QS. 'Abasa, 80: 37)

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, manusia hanyalah diciptakan untuk mengabdi kepada Penciptanya. Segala sesuatu di sekitarnya, seluruh kehidupannya adalah semata untuk mengujinya. Setelah kematian, seseorang hanya akan dihisab menurut amalnya. Sebagai ganjaran bagi amalnya, dia akan dimasukkan ke dalam surga atau disiksa di dalam neraka. Pendeknya, kekayaan, kecantikan, atau anak-anak tidaklah bermanfaat, tetapi ketakwaan, "rasa takut terhadap Allah", itulah yang bermanfaat.

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal. (QS. Saba ', 34: 37)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Ali 'Imran, 3: 116)

Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Mujadilah, 58: 17)

DAYA TARIK HARTA BENDA DUNIAWI PART II

Pentingkah Kekayaan dan Kedudukan di Dunia?

Kebanyakan orang percaya bahwa kehidupan yang benar-benar tenteram dapat dicapai di dunia ini. Mentalitas ini menganjurkan bahwa seseorang dapat menemukan kebahagiaan sejati dan mendapatkan penghormatan dari orang lain melalui kekayaan. Mentalitas serupa meyakini bahwa begitu terpenuhi, kesenangan ini akan berlangsung hingga ke akhir dunia. Namun, kebenarannya justru berlawanan. Manusia tidak pernah dapat mencapai hidup impiannya dengan melupakan Penciptanya dan hari penghisaban. Hal ini karena pada saat dia mewujudkan satu sasaran, dia mulai memikirkan yang lainnya. Tidak puas dengan banyaknya yang diperoleh, ia menerjuni bisnis yang baru. Dia tidak merasakan kepuasan apa pun dari flatnya yang baru begitu ia melihat rumah tetangganya yang didekor penuh seni, atau bisa juga, karena dekorasi rumahnya adalah gaya tahun lalu, yang sudah ketinggalan zaman, mendorong ia untuk mendekor ulang. Begitu pula, karena gaya dan cita rasa berubah secara drastis, dia mengimpikan pakaian-pakaian yang lebih mutakhir karena ia tidak puas dengan apa yang telah dimilikinya. Psikologi orang yang tidak beriman dijelaskan dengan gamblang dalam ayat berikut:

Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Ku lapangkan baginya dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. (QS. Al Mudatstsir, 74: 11-15)

Seseorang yang berpikiran sehat dan berpemahaman jelas akan mengakui bahwa para pemilik rumah besar dengan kamar yang lebih banyak dari penghuninya, mobil-mobil mewah, atau lemari pakaian besar hanya mampu menggunakan sebagian terbatas dari harta bendanya. Jika Anda memiliki rumah terbesar di dunia, apakah mungkin menikmati setiap kamar pada saat bersamaan? Begitu pula, jika Anda mempunyai sebuah lemari pakaian berisi berbagai busana yang mengikuti mode terakhir, berapa banyak yang dapat Anda kenakan dalam sehari? Pemilik rumah besar dengan lusinan kamar, sebagai suatu entitas yang dibatasi ruang dan waktu hanya dapat tinggal di sebuah ruangan pada suatu waktu. Jika Anda ditawari semua makanan lezat dari restoran terkenal, lambung Anda hanya akan menampung sedikit; jika Anda berusaha memaksakan lebih banyak, hasilnya lebih merupakan siksaan, bukannya kesenangan.

Daftar ini dapat diperpanjang lagi, namun fakta yang paling mengejutkan adalah bahwa manusia ditakdirkan hidup pada masa yang sangat terbatas untuk menikmati kemewahan dari harta bendanya. Manusia dengan cepat menuju akhir hidupnya, namun dia jarang sekali mengakui ini semasa hidupnya dan menganggap kekayaannya akan memberinya kebahagiaan abadi, seperti disebutkan ayat berikut:

Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. (QS. Al Humazah, 104: 3)

Manusia dibutakan oleh kekuasaan hartanya sehingga ketika ia menghadapi akhir yang menakutkan di hari penghisaban, dia masih akan berusaha melepaskan diri dari azab dengan menawarkan hartanya:

Sedang mereka saling memandang. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak. (QS. Al Ma'aarij, 70: 11-15)

Walau demikian, sebagian manusia menyadari bahwa kekayaan, kemakmuran, dan harta yang banyak berada di bawah pengawasan Allah. Dengan demikian, mereka sangat menyadari bahwa jabatan dan status adalah hal yang menertawakan. Hanya orang-orang inilah yang benar-benar memahami bahwa harta benda ini tidak akan menyelamatkan mereka di hari akhir. Karena itu, mereka tidak berani memburu barang berharga di dunia ini. Menyombongkan diri bukanlah ciri yang akan Anda temui dari orang-orang yang sederhana seperti ini. Karena tidak pernah melupakan keberadaan Allah Yang Mahakuasa, mereka mensyukuri apa-apa yang Dia berikan. Sebagai balasan, Allah menjanjikan kehidupan yang terhormat dan menyenangkan bagi mereka. Orang-orang yang memercayai Allah dan menjadikan pengabdian kepada Allah sebagai tujuan akhir hidup mereka menyadari bahwa mereka hanya dapat menikmati benda-benda duniawi untuk jangka waktu yang terbatas dan bahwa benda-benda duniawi tidak sebanding dengan kelimpahan abadi yang dijanjikan. Kekayaan tidak pernah membuat orang-orang seperti itu terikat dengan kehidupan ini. Sebaliknya, membuat mereka semakin bersyukur dan dekat kepada Allah. Mereka menyikapi setiap orang dan setiap masalah dengan adil, dan mencoba, dengan apa yang telah Allah berikan, untuk mencapai keridhaan-Nya. Bukannya mencari kesenangan dari kekayaan di dunia ini, mereka berupaya memperoleh nilai-nilai qurani yang diharapkan dari mereka, karena benar-benar menyadari berartinya kedudukan dan pujian di hadapan Allah. Nabi Sulaiman memberikan teladan bagi semua orang sebagai seorang mukmin terhormat yang menunjukkan sifat-sifat itu di dalam hidupnya. Memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar, Sulaiman dengan jelas menyatakan mengapa dia mengejar kekayaan ini:

Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan." (QS. Shaad, 38: 32)

Kegagalan memahami mengapa harta benda duniawi di dunia ini membuat manusia melupakan bahwa mereka hanya akan mampu menggunakan harta miliknya selama 60-70 tahun, jika mereka ditakdirkan hidup selama itu, dan selanjutnya meninggalkan rumah, mobil-mobil, dan anak-anak mereka. Mereka tidak memikirkan bahwa mereka akan dikuburkan seorang diri. Sepanjang hidup mereka mendambakan kekayaan yang tak akan pernah dapat mereka nikmati.

Namun, mereka yang menganggap kekayaan sebagai penyelamat dan mengabaikan keberadaan Pencipta mereka menanggungkan kesedihan yang pahit baik di dunia ini maupun di hari akhirat.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka. (QS. Ali 'Imran, 3: 10)

Al Quran telah memberitakan akhir dari mereka yang menunjukkan keserakahan yang tak pernah puas akan harta benda:

yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung,
dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya!
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah,
Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
Api Allah yang dinyalakan,
yang sampai ke hati.
Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
(sedang mereka) diikat pada tiang-tiang panjang.
(Surat al-Humazah, 104: 2-9)

Kekayaan sejati dimiliki oleh orang-orang beriman yang tidak pernah menunjukkan ketertarikan akan harta benda di dunia ini dan memercayai sebenar-benarnya bahwa hanya Allah-lah yang memberikan segala sesuatu kepada manusia. Merekalah sebenarnya orang-orang kaya di dunia ini; mereka tidak membatasi hidup mereka sekadar 50-60 tahun. Orang-orang yang beriman melakukan perdagangan terbaik yakni membeli surga dengan hidup mereka. Mereka lebih menyukai kekayaan yang kekal dibandingkan yang sementara. Allah memberitahu kita tentang ini di dalam ayat berikut:

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. Janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah, 9: 111)

Karena mengabaikan fakta-fakta ini, mereka yang "terikat" dengan dunia ini akan segera memahami dengan jelas siapa yang berada di jalan yang benar.

DAYA TARIK HARTA BENDA DUNIAWI PART I

Sepanjang kehidupan, kita punya cita-cita tertentu untuk dicapai: kekayaan, harta benda, dan kedudukan yang lebih baik, serta pasangan dan anak-anak. Inilah di antara cita-cita yang umum bagi hampir semua orang. Segala rencana dan upaya dikerahkan untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Meskipun satu-satunya fakta yang tidak dapat disangkal adalah bahwa segala sesuatunya cenderung menua dan musnah, manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari keterikatan terhadap benda-benda. Suatu hari sebuah mobil baru akan ketinggalan zaman; karena sebab-sebab alamiah, tanah pertanian yang subur menjadi gersang; seorang yang cantik kehilangan semua pesonanya ketika ia menua. Di atas segalanya, setiap manusia di muka bumi akan mati, meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya. Namun meskipun terdapat fakta-fakta yang tak terbantahkan ini, manusia menunjukkan kecintaan yang tak terhingga kepada harta benda.

Mereka yang menghabiskan hidupnya dalam kecintaan buta akan harta benda duniawi, akan menyadari bahwa mereka menghabiskan seluruh hidup mereka mengejar ilusi. Mereka akan menyadari keadaan yang menggelikan ini setelah mereka mati. Pada saat itulah akan tampak jelas bagi mereka tujuan akhir kehidupan, yakni menjadi hamba Allah yang ikhlas.

Di dalam Al Quran, Allah cukup banyak menyebutkan "keterikatan yang dalam" ini di dalam ayat-ayat berikut:

Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS. Ali 'Imran, 3: 14)

Semua hal di dunia ini kekayaan, pasangan, anak-anak, dan perdagangan menyibukkan banyak orang di dalam hidupnya. Namun, jika mereka dapat memahami kekuasaan dan keagungan Allah, mereka akan paham bahwa semua hal yang diberikan kepada manusia ini hanyalah sarana untuk memperoleh keridhaan-Nya. Dengan cara ini, mereka juga akan memahami bahwa tujuan utama manusia adalah menjadi hamba-Nya. Sedangkan, mereka yang tidak benar-benar beriman kepada Allah memiliki pandangan yang kabur dan pemahaman yang dangkal akan keberadaan mereka karena ambisi-ambisi duniawi mereka. Mereka mengharapkan hal-hal besar dari kehidupan yang cacat ini.

Mengejutkan bahwa manusia melupakan semua tentang Hari Akhirat, tempat tinggal yang sempurna dan mulia baginya, dan merasa puas dengan dunia ini. Kalaupun seseorang tidak memiliki keimanan yang sempurna, adanya "kemungkinan" kecil tentang Hari Akhirat seharusnya membuatnya, paling tidak, bersikap lebih hati-hati.

Orang-orang yang beriman, sebaliknya sangat menyadari bahwa hal ini, sama sekali bukanlah "kemungkinan", namun kenyataan. Karena itulah hidup mereka bertujuan untuk menghapuskan kemungkinan sekecil-kecilnya dari terjerumus ke dalam neraka; seluruh upaya mereka dimaksudkan untuk mencapai surga. Mereka sangat paham pahitnya kekecewaan di Hari Akhirat setelah kehidupan yang habis tersia-sia. Mereka juga menyadari bahwa tumpukan kekayaan, seperti rekening bank yang melimpah, mobil-mobil dan kediaman yang mewah, tidak akan diterima sebagai tebusan bagi azab yang kekal. Lebih-lebih lagi, tak seorang pun keluarga atau teman akrab seseorang akan datang untuk menyelamatkannya dari kesedihan abadi ini. Sebaliknya, setiap jiwa akan berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Namun walau begitu, kebanyakan orang mengira bahwa kehidupan ini tidak berlanjut ke Hari Akhirat, dan dengan serakah merengkuh dunia ini. Allah menyebutkan ini di dalam ayat berikut:

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS. At-Takaatsur: 1-2)

Godaan kepada harta benda duniawi, tak diragukan lagi, merupakan rahasia dari ujian. Allah menciptakan semua hal yang ia limpahkan dengan sangat indah, namun juga singkat usianya. Hal ini hanyalah untuk membuat manusia berpikir dan membandingkan hal-hal yang diberikan kepada mereka di dunia ini dengan Hari Akhir. Inilah "rahasia" yang kita bicarakan. Kehidupan di dunia memang indah; begitu penuh warna dan atraktif, mengungkapkan keagungan penciptaan oleh Allah. Tak diragukan, manusia menginginkan hidup yang baik dan menyenangkan dan, tentu saja, memohon kepada Allah untuk menjalani hidup seperti itu. Namun ini tidak pernah dapat menjadi tujuan akhir, karena tujuan seperti itu dalam hidup tidaklah lebih penting daripada meraih keridhaan Allah dan surga. Karenanya, manusia hendaknya tidak boleh pernah melupakan tujuan utamanya, sembari menikmati segala karunia ini. Allah memperingatkan manusia tentang hal ini di dalam ayat berikut:

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya? (QS. Al Qashas, 28: 60)

Kesukaan yang sangat akan benda-benda duniawi adalah salah satu penyebab manusia melupakan Hari Akhir. Ada hal lain yang harus diingat: manusia tidak pernah menemukan kebahagiaan sejati di dalam benda-benda duniawi yang ia rengkuh dengan serakah ataupun di dalam perbekalan yang ia upayakan mati-matian untuk miliki. Ini karena nafsu yang kuat susah dipuaskan. Tidak peduli betapa banyak yang dimilikinya, nafsu manusia tidak pernah berakhir. Ia pasti selalu mencari yang lebih banyak dan lebih baik. Karena itulah manusia tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kepuasan di dunia ini.

Adakah Kekayaan yang Sebenarnya di Dunia Ini?

Kebanyakan manusia mengira mereka dapat memperoleh kehidupan yang sempurna begitu mereka bertekad untuk itu. Lebih jauh lagi, mereka mengira bahwa kualitas hidup yang tinggi bisa dicapai dengan memiliki lebih banyak uang, standar hidup yang lebih baik, keluarga yang bahagia, dan kedudukan yang terhormat di masyarakat. Namun, orang-orang yang mencurahkan seluruh waktu mereka untuk memperoleh hal-hal se-perti itu jelas-jelas melakukan kesalahan. Pertama, mereka hanya berjuang untuk meraih ketenteraman dan kebahagiaan di dunia ini dan sama sekali melupakan Hari Akhirat. Walaupun terdapat fakta bahwa tujuan utama mereka adalah menjadi hamba Allah di dunia ini dan mensyukuri apa-apa yang dianugerahkan-Nya, mereka menghabiskan hidup untuk memenuhi berbagai hasrat mereka yang sia-sia.

Allah memberitahukan betapa remeh dan menipunya daya tarik dunia di dalam Al Quran:

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagum-kan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadiid, 57: 20)

Tidak mengimani Hari Akhirat atau menganggapnya sebagai kemungkinan yang jauh adalah kesalahan pokok dari banyak orang. Mereka yakin bahwa mereka tidak akan pernah kehilangan kekayaannya. Kesombongan membuat mereka menghindar dari ketundukan kepada Allah dan memalingkan wajah mereka dari janji-Nya. Akhir dari orang-orang seperti ini dikisahkan sebagai berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Yunus, 10: 7-8)

Sejarah telah menyaksikan banyak orang semacam ini. Para raja, kaisar, dan fir’aun menganggap mereka dapat memperoleh keabadian dengan kekayaan mereka yang hebat; pemikiran bahwa ada sesuatu yang lebih berharga daripada kekayaan dan kekuasaan mungkin tidak pernah terlintas pada mereka. Mentalitas yang cacat ini menyesatkan banyak orang, yang sangat terkesan oleh kekayaan dan kekuasaan mereka. Namun, semua orang yang tidak beriman ini menghadapi akhir yang mengerikan. Di dalam Al Quran, Allah memberitahukan tentang mereka:

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (QS. Al Mu'minuun, 23: 55-56)

Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. (QS. At-Taubah, 9: 55)

Orang-orang ini sebenarnya telah mengabaikan sebuah poin yang sa-ngat menentukan. Semua kekayaan dan segala sesuatu yang dianggap penting adalah milik Allah. Allah, Pemilik sebenarnya segala kekayaan, memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Sebagai balasannya, manusia diharapkan untuk bersyukur kepada Allah dan menjadi hamba-Nya yang taat. Hendaklah diingat bahwa tidak seorang pun dapat menghalangi pemberian Allah kepada seseorang. Sebaliknya, begitu kekayaan seseorang dicabut, tiada selain Allah yang kuasa mencegahnya. Dengan inilah, Allah menguji manusia. Namun, orang-orang yang melupakan Pencipta mereka dan hari penghisaban tidak mengindahkan ini:

Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (hanya sedikit) . (QS. Ar-Ra'd, 13: 26)

KELEMAHAN MANUSIA PART II

Tahun-Tahun Terakhir Kehidupan

Dampak kemunduran dari lewatnya tahun-tahun kehidupan dapat teramati pada tubuh seseorang. Bersamaan berlalunya tahun demi tahun, tubuh, harta manusia yang paling berharga, melalui proses kemunduran yang tak dapat diubah lagi. Perubahan yang dialami seorang manusia sepanjang hidupnya disebutkan di dalam Al Quran sebagai berikut:

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan sesudah kuat itu lemah dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. Ar-Ruum, 30: 54)

Tahun-tahun terakhir kehidupan adalah waktu yang paling diabaikan dalam rencana masa depan seorang dewasa, kecuali di dalam proses menabung untuk pensiun hari tua yang mencemaskan. Sudah barang tentu, pada saat teramat dekat dengan kematian, orang biasanya bersikap ragu-ragu terhadap periode ini. Ketika seseorang mengajak berbincang tentang usia tua, yang lain akan merasa risau dan berusaha mengubah topik "yang tidak menyenangkan" ini secepat mungkin. Rutinitas sehari-hari juga merupakan jalan yang ampuh untuk melarikan dari memikirkan tahun-tahun kehidupan yang kemungkinan besar akan menyengsarakan ini. Jadi, hal ini dihindari hingga saatnya tak terelakkan lagi. Tak diragukan lagi, penyebab utama dari pengelakan seperti itu adalah anggapan bahwa seseorang memiliki waktu yang tak terbatas sampai kematian mendatanginya. Kesalahpahaman umum seperti ini dijelaskan di dalam Al Quran:

"Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hingga panjanglah umur mereka." (QS. Al Anbiyaa', 21: 44)

Gagasan keliru ini seringkali membawa kepada kesedihan besar. Ini karena tak peduli berapa pun tuanya seseorang, milik nyata yang tersisa dari masa lalunya hanyalah kenangan yang teringat samar-samar. Seseorang hampir tidak ingat akan masa kanak-kanaknya. Malahan lebih sukar lagi untuk mengingat dengan tepat apa yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir. Ambisi terbesar seorang muda, keputusan-keputusan besar, dan tujuan-tujuan yang paling ia kejar, semuanya kehilangan makna begitu dialami dan rampung. Karena itulah, menceritakan sebuah kisah hidup yang "panjang" adalah suatu upaya yang sia-sia.

Baik itu bagi seorang remaja ataupun dewasa, hal ini seharusnya mendorong manusia untuk membuat sebuah keputusan besar tentang hidupnya. Misalnya, jika Anda berumur empat puluh tahun dan berharap untuk hidup hingga pertengahan umur enam puluhan dan Anda tidak punya jaminan apa-apa sisa dua puluh lima tahun tersebut pasti akan segera berlalu secepat empat puluh tahun sebelumnya. Hal yang sama tetap terjadi walaupun hidup Anda dipanjangkan sekali, karena sisa tiga puluh atau empat puluh juga akan berlalu sebelum Anda sempat memerhatikan. Hal ini tentu saja merupakan peringatan abadi akan sifat sejati dari dunia ini. Suatu hari setiap jiwa yang hidup di muka bumi ini akan meninggalkan dunia ini dan tidak ada kata kembali.

Oleh karena itu, manusia hendaknya mengesampingkan prasangkanya dan lebih realistik tentang hidupnya. Waktu berlalu sangat cepatnya dan setiap hari menyebabkan makin lemahnya fisik berkurangnya ingatan, bukannya dinamisme yang lebih segar dan sosok yang lebih muda. Singkatnya, menjadi tua adalah perwujudan dari ketidakmampuan manusia mengendalikan tubuh, hidup dan nasibnya sendiri. Efek waktu yang merugikan terhadap tubuh terlihat selama periode ini. Allah menjelaskan kepada kita tentang hal ini dalam ayat berikut:

Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. An-Nahl, 16: 70)

Dalam kedokteran, usia lanjut juga disebut "masa kanak-kanak kedua". Oleh sebab itu, selama tahap kehidupan akhir ini, orang-orang tua seperti anak-anak, membutuhkan perawatan, karena fungsi-fungsi tubuh dan mental mereka telah mengalami perubahan-perubahan tertentu.

Begitu seseorang menjadi tua, berbagai karakteristik fisik dan kejiwaan menjadi semakin jelas. Orang-orang tua gagal melakukan banyak tugas yang berhubungan dengan kekuatan fisik. Perubahan penilaian, pemikiran yang berkurang, kesulitan berjalan, menjaga keseimbangan dan pembicaraan, berbagai kesukaran, memori yang berkurang dan kehilangan memori secara perlahan-lahan, dan perubahan suasana hati dan tingkah laku hanyalah beberapa gejala penyakit yang umum diderita pada usia tua.

Pendeknya, setelah periode tertentu, manusia sering mengalami kemunduran ke keadaan ketergantungan kanak-kanak baik secara fisik maupun mental.

Kehidupan berawal dan berakhir dalam keadaan kanak-kanak. Hal ini jelas bukan suatu proses acak. Mungkin saja seseorang tetap muda sampai ia mati. Namun Allah mengingatkan manusia tentang sifat fana dunia ini dengan membuat kualitas hidupnya memburuk pada tahapan tertentu dalam kehidupan. Proses ini bekerja sebagai pengingat yang jelas bahwa hidup terus mendekati akhirnya. Allah menjelaskan ini di dalam ayat berikut:

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. Al Hajj, 22: 5)




Berbagai Masalah Fisik yang Berkaitan dengan Umur

Tak peduli betapa pun banyaknya uang yang Anda miliki atau betapa pun sehatnya Anda, setiap orang pada akhirnya menghadapi ketidak-mampuan dan berbagai komplikasi lain yang berkaitan dengan umur, sebagiannya dijelaskan di bawah ini:

Kulit merupakan faktor penting yang menentukan penampilan seseorang. Kulit adalah bagian mendasar dari kecantikan. Jika beberapa milimeter persegi saja jaringan dibuang, tak bisa tidak akan tampak gambaran yang mengganggu bagi pecinta keindahan. Ini karena kulit —selain melindungi tubuh dari ancaman luar — juga memberi tubuh penampilan yang halus dan estetis. Tak diragukan, ini adalah fungsi penting kulit. Bagaimanapun, jika seseorang menganggap dirinya cantik, adalah karena tubuhnya dilapisi kulit, potongan daging yang total beratnya sekitar dua seperempat kilogram. Namun yang mengherankan, hanya inilah organ tubuh yang menampakkan kerusakan ketika seseorang menua.

Begitu seseorang menua, kulit kehilangan struktur elastisnya karena protein-protein struktural yang membentuk "kerangka" dari lapisan dasar kulit menjadi sensitif dan lemah. Karena inilah di wajah muncul keriput dan garis, mimpi buruk bagi banyak orang. Fungsi kelenjar-kelenjar minyak di lapisan atas kulit melambat, mengakibatkan kekeringan yang akut. Perlahan-lahan, tubuh terkena pengaruh-pengaruh luar karena permeabilitas kulit meningkat. Akibat proses ini, orang-orang lanjut usia menderita ketidakteraturan tidur yang berat, luka-luka luaran, dan rasa gatal yang disebut "rasa gatal usia tua". Begitu pula, kerusakan terjadi pada lapisan-lapisan dasar kulit. Penggantian jaringan kulit dan mekanisme pertukaran zat gagal berfungsi, menyediakan landasan untuk tumbuhnya tumor.

Kekuatan tulang juga sangat penting bagi tubuh manusia. Berbagai upaya untuk memperoleh postur tubuh yang tegak jarang berhasil bagi orang tua, namun jauh lebih mudah bagi orang muda. Saat seseorang berjalan dengan postur membungkuk, hilanglah keangkuhannya, menunjukkan bahwa ia tidak lagi berdaya mengontrol tubuhnya sendiri. Karenanya, ini juga merupakan hilangnya "keanggunan" seseorang.

Gejala-gejala penuaan tak terbatas pada ini saja. Orang-orang lanjut usia lebih gampang mengalami kehilangan rasa karena sel-sel saraf berhenti memperbarui diri setelah usia tertentu. Orang-orang lanjut usia menderita disorientasi ruang karena melemahnya respon mata yang terhadap intensitas cahaya. Hal ini sangat penting karena membuat terbatasnya penglihatan: kecemerlangan warna, posisi dan dimensi objek-objek menjadi kabur. Tak diragukan, ini adalah situasi sulit yang harus dihadapi para lanjut usia.

Manusia mungkin saja tidak akan pernah mengalami kerusakan fisik akibat penuaan: dia mungkin saja tumbuh makin kuat dan sehat seiring dengan bertambahnya usia. Walau kita tidak lazim dengan model demikian, hidup yang lebih lama mungkin menawarkan berbagai kesempatan yang tak terduga bagi kehidupan yang penuh secara personal dan sosial. Waktu mungkin telah memperbaiki kualitas hidup, membuatnya jauh lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Namun, sistem yang ditakdirkan sebagai yang terbaik bagi manusia adalah yang berdasarkan pada menurunnya kualitas hidup begitu seseorang semakin tua.

Inilah satu lagi bukti dari sifat fana dunia ini. Allah berulang kali mengingatkan kita tentang fakta ini di dalam Al Quran dan menyuruh orang-orang yang beriman memikirkannya:

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai perhiasannya, dan pemilik-pemilik-nya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus, 10: 24)

Setelah suatu periode hidup di mana manusia menganggap dirinya kuat secara fisik dan mental dan memandang seluruh dunia dari sudut pandangnya sendiri, dia tiba-tiba melalui suatu masa di mana dia kehilangan banyak hal yang sebelumnya ia nikmati. Proses ini tak terelakkan dan tak dapat diubah. Ini tak lain karena Allah menciptakan dunia ini sebagai tempat sementara untuk hidup dan membuatnya tidak sempurna sebagai pengingat akan Hari Akhir.

Pelajaran yang Ditarik dari Usia Lanjut Para Pesohor

Menjadi tua tak dapat dielakkan. Tidak seorang pun, tanpa kecuali, dapat menghindarinya. Namun, mengamati bagaimana para pesohor menjadi tua mempunyai pengaruh yang lebih dalam bagi kita karena kemunduran fisik mereka dapat diamati secara terbuka. Menyaksikan penuaan dari orang-orang yang terkenal karena kemasyhuran, kekayaan, dan kecantikannya tentulah merupakan pengingat akan betapa pendek dan tidak berartinya hidup ini.

Setiap hari kita dapat mengamati fakta ini dari ratusan contoh di sekitar kita. Seorang yang cerdas, sehat, dan terkenal, yang pernah menjadi simbol kecantikan atau kesuksesan, suatu hari akan muncul di koran, majalah, dan televisi dengan ketidakmampuan fisik atau mental. Inilah akhir yang akan ditemui hampir semua orang. Namun para pesohor punya tempat khusus di pikiran kita; bagaimana mereka menjadi tua dan kehilangan pesona lebih dalam menyentuh emosi. Pada halaman-halaman berikut, Anda akan melihat foto-foto dari sebagian para pesohor. Masing-masingnya merupakan bukti nyata bahwa bagaimanapun cantik, sukses, atau mudanya Anda, akhir yang tak terelakkan bagi manusia adalah usia tua.

Kematian Manusia

Hidup makin menjauh detik demi detik. Sadarkah Anda bahwa setiap hari membawa anda semakin dekat kepada kematian, atau bahwa kematian itu sama dekatnya kepada anda sebagaimana pada orang lain?

Sebagaimana disebutkan di dalam ayat, "Setiap jiwa akan merasakan mati; kepada Kamilah engkau akan dikembalikan", (QS Al Ankabuut, 27: 57) setiap orang yang pernah muncul di dunia ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali mereka semua, setiap orang, mati. Hari ini, kita hampir tak pernah mendapati jejak dari banyak orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang hidup saat ini dan mereka yang akan hidup kelak juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun begitu, manusia cenderung menganggap kematian sebagai peristiwa yang tidak mungkin terjadi.

Bayangkanlah seorang bayi yang baru saja membuka matanya terhadap dunia dan seseorang yang akan mengembuskan nafas terakhir. Keduanya tidak dapat mengubah apa pun dari kelahiran dan kematian mereka sendiri. Hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk meniupkan nafas kehidupan atau mengambilnya.

Semua manusia akan hidup sampai hari tertentu dan kemudian mati; di dalam Al Quran, Allah menceritakan tentang sikap yang umum ditunjukkan terhadap kematian dengan ayat-ayat berikut:

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al Jumu’ah, 62: 8)

Kebanyakan manusia menghindari berpikir tentang kematian. Dalam pesatnya arus peristiwa sehari-hari, seseorang biasanya menyibukkan diri dengan hal-hal yang sama sekali berbeda: di mana hendak kuliah, di perusahaan mana akan bekerja, apa warna pakaian yang akan dikenakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam; inilah macam isu utama yang biasa kita pikirkan. Hidup dipandang sebagai proses rutin dari masalah-masalah kecil sedemikian. Usaha untuk berbicara tentang kematian selalu diinterupsi oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengar tentangnya. Karena menganggap kematian hanya akan datang setelah tua, orang tidak ingin merisaukan hal yang tidak menyenangkan seperti itu. Namun, harus tetap diingat bahwa tidak ada jaminan bahwa seseorang akan hidup sekadar satu jam lagi. Setiap hari, manusia menyaksikan kematian orang-orang di sekitarnya, tetapi hanya sedikit berpikir tentang hari ketika kematiannya disaksikan orang-orang lain. Dia tidak pernah mengira akhir seperti itu sedang menunggunya!

Bagaimanapun juga, ketika kematian mendatangi manusia, semua "kenyataan" hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada sisa dari "masa lalu yang menyenangkan" yang bertahan di dunia ini. Pikirkanlah segala sesuatu yang dapat Anda lakukan sekarang juga: Anda dapat mengedipkan mata, menggerakkan tubuh, berbicara, tertawa; semua ini adalah fungsi tubuh Anda. Sekarang pikirkanlah tentang keadaan dan bentuk tubuh Anda setelah kematian.

Sejak detik Anda mengembuskan nafas terakhir, Anda akan menjadi tak lebih dari "seonggok daging". Tubuh Anda yang diam dan tak bergerak, akan dibawa ke rumah mayat. Di sana , tubuh Anda akan dimandikan untuk terakhir kalinya. Dengan keadaan terbungkus kain kafan, jenazah Anda akan dibawa di dalam peti mati ke pemakaman. Begitu jenazah Anda berada di dalam kubur, tanah akan menutupi Anda. Inilah akhir dari kisah tentang Anda. Mulai sekarang, Anda hanyalah salah satu nama yang tertulis di nisan pekuburan.

Selama beberapa bulan dan tahun pertama, kuburan Anda akan sering dikunjungi. Seiring berjalannya waktu, makin sedikit orang yang datang. Sepuluh tahun kemudian, tak ada lagi yang datang.

Sementara itu, anggota keluarga dekat Anda akan melalui segi lain dari kematian Anda. Di rumah, kamar dan tempat tidur Anda akan kosong. Setelah pemakaman, hanya sedikit barang-barang kepunyaan Anda yang akan disimpan di rumah: kebanyakan pakaian, sepatu, dan lain-lain milik Anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas Anda di kantor administrasi umum akan dihapus atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, sebagian orang akan berkabung untuk Anda. Namun, waktu akan mengikis kenangan yang Anda tinggalkan. Empat atau lima puluh tahun kemudian, hanya tinggal sedikit orang yang ingat akan Anda. Tak lama, generasi baru akan datang dan tidak seorang pun dari generasi Anda yang tersisa di muka bumi. Apakah Anda diingat atau tidak, tidak akan berharga bagi Anda.

Sementara semua ini berlangsung di muka bumi, jenazah di bawah tanah akan melalui proses pembusukan yang cepat. Segera setelah Anda berada di dalam kubur, bakteri dan serangga yang berkembang biak di dalam jenazah karena tiadanya oksigen akan mulai berfungsi. Gas-gas yang dikeluarkan dari organisme-organisme ini akan menggembungkan tubuh, mulai dari bagian perut, mengubah bentuk dan penampilannya. Busa bercampur darah akan meletup keluar dari mulut dan hidung karena tekanan gas-gas pada diafragma. Begitu proses perusakan ini terjadi, rambut tubuh, kuku, telapak tangan dan kaki akan rontok. Mengikuti perubahan luar ini, di dalam tubuh, organ-organ dalam seperti paru-paru, jantung, dan hati juga akan membusuk. Sementara itu, adegan yang paling mengerikan berlangsung di dalam perut, di mana kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas-gas dan tiba-tiba meletus, menyebarkan bau busuk yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan berlepasan dari tempat-tempat asalnya. Kulit dan jaringan-jaringan lunak akan hancur sama sekali. Otak akan membusuk dan mulai tampak seperti tanah liat. Proses ini akan terus berlanjut sampai seluruh tubuh tinggal kerangka.

Tidak ada kesempatan untuk kembali lagi ke kehidupan lama. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bermasyarakat, atau memiliki pekerjaan yang terhormat tidak akan pernah mungkin lagi terjadi.

Pendeknya, "tumpukan daging dan tulang" yang kita beri identitas tersebut akan menghadapi akhir yang menjijikkan. Di sisi lain, Anda — atau tepatnya, jiwa Anda —akan meninggalkan tubuh ini segera setelah Anda mengembuskan nafas terakhir. Sisa dari diri Anda —jasad — akan menjadi bagian dari tanah.

Ya, tetapi apa alasan terjadinya segala hal ini?

Jika Allah berkehendak, tubuh Anda tidak akan pernah membusuk seperti itu. Dalam peristiwa itu sebenarnya terkandung sebuah pesan yang sangat penting.

Akhir yang dahsyat yang menunggu manusia seharusnya membuatnya mengakui bahwa dia bukanlah sesosok tubuh, tetapi sebentuk jiwa yang "berdiam" di dalam tubuh. Dengan kata lain, manusia harus mengakui bahwa dia memiliki keberadaan di luar tubuhnya. Lebih jauh lagi, manusia harus memahami kematian jasadnya yang ia coba miliki seolah ia akan abadi di dunia fana ini. Namun jasad ini, yang ia anggap teramat penting, akan membusuk dan dimakan cacing suatu hari dan akhirnya tinggal kerangka. Hari itu mungkin saja sangat dekat.

Walau ada fakta-fakta ini, proses mental manusia cenderung untuk mengesampingkan apa yang tidak ia sukai atau ingini. Bahkan ia cenderung untuk menolak keberadaan hal-hal yang tak ingin hadapi. Kecenderungan ini paling jelas tatkala menyangkut kematian. Hanya penguburan atau kematian mendadak dari keluarga dekatlah yang membawa kenyataan ini ke pikiran. Hampir setiap orang menganggap maut jauh dari dirinya. Dianggapnya mereka yang meninggal dalam tidurnya atau karena kecelakaan adalah orang lain dan apa yang mereka hadapi tidak akan pernah menimpa dirinya! Setiap orang mengira dirinya terlalu muda untuk mati dan masih hidup bertahun-tahun lagi.

Namun mungkin sekali, orang-orang yang meninggal dalam perjalanan ke sekolah atau tergesa-gesa menghadiri rapat bisnis berpikir begitu. Mereka barangkali tidak pernah berpikir bahwa koran hari berikutnya akan memberitakan kematian mereka. Sangatlah mungkin bahwa, saat Anda membaca baris-baris ini, Anda masih tidak menyangka akan meninggal segera setelah Anda menyelesaikannya atau sekadar memikirkan kemungkinan bahwa hal itu terjadi. Barangkali Anda merasa bahwa masih terlalu muda untuk meninggal karena masih banyak hal yang harus diwujudkan. Namun, ini hanyalah suatu pengelakan dari kematian dan merupakan upaya gagal untuk melarikan diri darinya:

Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja." (QS. Al Ahzab, 33: 16)

Manusia yang diciptakan dalam kesendirian hendaknya menyadari bahwa dia juga kan mati dalam kesendirian. Namun, sepanjang hidupnya, ia hidup bagai kecanduan harta benda. Tujuan hidupnya semata-mata untuk memiliki lebih banyak lagi. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kubur. Tubuh dikuburkan terbungkus dalam kafan yang terbuat dari kain termurah. Jasad muncul ke dunia ini sendirian dan meninggalkannya dengan cara yang sama. Satu-satunya harta yang dapat dibawa seseorang bersamanya saat kematian adalah keimanan atau kekafirannya.